Thursday, 20 September 2012

KAU BERHIAS UNTUK SIAPA ?..

KAU BERHIAS UNTUK SIAPA ?...

Bismillahi minal Awwali wal akhiri ... Berhias merupakan kegemaran para wanita, tidak dinafikan lagi berhias menjadi salah satu fitrah para wanita. Banyak alasan yang mengawali keinginan berhias, dari yang ingin memelihara kecantikan dan keindahan sampai para muslimah yang kurang percaya diri jika dirinya tidak berhias.

Wanita muslimah memiliki akhlak dan keperibadian yang berbeza dengan wanita kafir atau wanita jahiliyah, begitupun dengan masalah berhias.

Wanita muslimah adalah wanita yang selalu menjaga dirinya, kehormatannya, kesopanannya dan rasa malu. Sedangkan wanita jahiliyah adalah wanita yang suka berhias, bersolek, mempertontonkan dirinya untuk menggoda laki-laki. Na'udzubillah..

Tabarruj, salah satu potensi yang paling menghancurkan para muslimah pada zaman sekarang. Apa itu tabarruj ??

Tabarruj secara bahasa ertinya menyingkap dan mempertontonkan. Sedangkan secara syari'at tabarruj menurut Al Jauhary adalah pertunjukkan perhiasan dan berbagai keindahan wanita kepada kaum lelaki.

”… Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang zaman jahiliyah zaman dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)

Bentuk tabarruj wanita zaman jahiliyah zaman dulu iaitu berbaur dengan kaum laki-laki, berjalan berlenggang-lenggok, dan berhias untuk menggoda laki-laki.

Para muslimah berjilbab pun kadang tak menyedari dirinya tengah bertabarruj, maka perlu disedari tabarruj bukan hanya menonjolkan aurat saja, tapi memperlihatkan perhiasannya untuk menarik perhatian laki-laki. Seperti sengaja memperindah wajah dengan hiasan warna-warni selain pada suaminya. Tentu saja bila dia berhias untuk suaminya, hal seperti ini diperbolehkan.

Larangan tabarruj bukan bererti larangan mutlak untuk mengenakan perhiasan dan berdandan. Wanita boleh mengenakan perhiasan asalkan perhiasan itu tidak menjolok dan wajar, seperti cincin yang sederhana. Mereka juga boleh berdandan dengan ringan untuk sekadar menjaga kebersihan. Boleh juga menggunakan wangian yang tidak semerbak baunya untuk sekadar menutup bau badan agar orang sekitar kita tidak terganggu dengan bau jilbab kita sehingga timbul kesan muslimah yang jorok, tapi itu pun hanya sekadarnya jangan berlebihan. Asal, semua itu tidak dilakukan untuk menarik perhatian lawan jenis. Sebab, yang disebut dengan tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan kecantikan sehingga menarik perhatian dan mengundang kekaguman lawan jenis. Jika perhiasan atau dandanan tidak menarik perhatian, maka fakta tabarruj tidak terwujud, sehingga ia tidak tergolong tabarruj.

Lantas bagaimana kita menghindari tabarruj??

Sahabat muslimah, Perhiasan yang paling berharga pada muslimah adalah rasa malu dan indikasi rasa malu adalah menundukkan pandangan. Maka tundukanlah pandanganmu. Lalu ikutilah etika berpakaian muslimah yang syar’i, iaitu menutup seluruh tubuh kecuali yang biasa tampak padanya iaitu wajah dan telapak tangan. Tidak transparan dan tidak menonjolkan aurat dan tidak ketat, dan ini di sampaikan Rasulullah S.A.W bahawa di antara penduduk neraka adalah wanita yang berpakaian tetapi telanjang mereka tidak masuk syurga bahkan tidak pula mencium baunya. Na'udzubillah..

Lalu janganlah menarik perhatian dengan bau perfum yang menyengat, sehingga para laki-laki tergoda oleh kalian. Sehingga kata Rasulullah S.A.W bila wanita itu menggunakan minyak wangi yang menyengat kemudian lewat di depan laki-laki maka dia di ibaratkan sama dengan penzina. Na'udzubillah..

Sahabat muslimah, Cintamu kepada-Nya palsu, jika engkau masih memanjakan Nafsu. Bagaimana engkau yakin telah bersama-Nya bila dunia lebih engkau khuatirkan??

Ingatlah, bahawasannya semua bentuk ibadahmu telah membuatmu bersama-Nya adalah kerana kesedaranmu saat menyingkapi dunia.
Maka fikirkanlah lagi, engkau hendak berhias untuk siapa...

Tuesday, 28 August 2012

Amantu billahi..??


What does Amantu mean, what are the fundamentals of belief included in Amantu?



Amantu comprises of the fundamentals of belief that every Muslim must believe, accept and approve.
There are 6 fundamentals of belief in Amantu; they are as follows:
1. To believe in Allah, 
2. To believe in His angels,
 3. To believe in His books, 
4. To believe in His prophets, 
5. To believe the Day of Judgment (life after death), 
6. To believe in destiny (qadar), that the good and the evil are from Allah.
The oral expression of Amantu is as follows:
Amantu billahi wa malaikatihi wa kutubihi wa rusulihi wal-yawmil-akhiri wa bil-qadari khayrihi wa sharrihi minallahi taala wal-ba’thu ba’dal-mawti haqqun ashhadu an la ilaha illallah wa ashhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh.
Its meaning is as follows:
Amantu billahi: I believed in the existence and oneness of Allah, that He has no partners or counterparts, that He has all kinds of loftiness and that He is free of all kinds of deficiency.
Wa malaikatihi: I also believed in the angels of Allah.
Wa kutubihi: I also believed in the books of Allah.
Wa rusulihi: I also believed in the prophets of Allah.
Wal-yawmil-akhiri: I also believed in the Day of Judgment.
Wa bil-qadari khayrihi wa sharrihi minallahi taala: I also believed in the destiny, that everything that seems as good or evil to us take place through the knowledge, law and creation of Allah. 
Wal-ba’thu ba’dal-mawti haqqun: I also heartily believed in life after death (and resurrection). All of them are true and right.  
Ashhadu an la ilaha illallah wa ashhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh: 
I witness that there is no god but Allah and I witness that Hazrat Muhammad is his slave and messenger.
The last sentence is called the word of Shahadah, that is, the sentence of witnessing.